Resensi Novel Laskar Pelangi Andrea Hirata

Kalau ditanya apa judul novel Berbahasa Indonesia yang paling terkenal bahkan menjadi salah satu novel yang paling mendunia, semua orang juga tahu bahwa Laskar Pelangi karya Andrea Hirata adalah jawabnya. Laskar Pelangi adalah novel pertama dari tetralogi fenomenal yang ditulis oleh Andrea Hirata. Novel ini sudah sangat terkenal dan sudah menjadi ikon literatur Indonesia sehingga sesungguhnya tidak perlu lagi diperkenalkan panjang lebar. Tapi, tak pantas rasanya kalau novel setenar ini tidak diberi intro yang sepadan dengan tenarnya.

Novel keluaran tahun 2005 ini adalah salah satu novel yang paling berpengaruh di sejarah literasi Indonesia! Kutipan-kutipan dari novel pertama karya Andrea Hirata ini juga telah dipakai di berbagai bidang. Soal-soal ujian Bahasa Indonesia yang ada di sistem pendidikan kita misalnya, banyak sekali mengutip konten dari novel karya anak Belitung ini. The Rainbow Troops - judul terjemahan untuk novel Laskar Pelangi juga sudah mendapat berbagai penghargaan kelas dunia. Sungguh fenomenal dan aikonik!

Berikut adalah resensi lengkap novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

Baca juga resensi Lainnya:
Resensi & Sinopisis Novel 5 cm - Donny Dhirgantoro



Laskar Pelangi - Andrea Hirata

Laskar Pelangi Andrea Hirata


Judul Laskar Pelangi
Penulis Andrea Hirata
Penerbit Bentang
Tahun Terbit 2005
ISBN 979-3062-79-7
Jumlah Halaman 529 Halaman
Berat Buku 500 gr
Jenis Sampul Soft Cover
Genre/Kategori Roman

Kisah apik Laskar Pelangi dimulai di desa Gantung di Belitong. Sekolah Muhammadiyah, sebuah sekolah miris, sedang memulai tahun ajaran baru. Miris karena gedungnya sudah sangat tua dan bisa rubuh kapan saja. Miris karena di malam hari gedungnya dipakai jadi kandang ternak. Miris karena atapnya yang bocor dan lebih miris lagi kapur basah saja harus dijemur lagi karena tak ada dana untuk membeli kapur, padahal kapurnya basah karena atapnya bocor!

Singkat cerita, 10 anak diterima jadi siswa baru mereka, sepuluh laskar pelangi yang warna dan kisahnya akan jadi cerita di novel ini. Mereka ialah Ikal (sang penulis sendiri), Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Trapani, Borek, Syahdan, Kucai dan Harun. Mereka semuanya adalah anak melayu pesisir yang habis dilibas kemiskinan. Semuanya serba susah dan serba terbatas.

Ironi kisah ini ditambah lagi dengan kesenjangan sosial yang terjadi di Belitong saat itu. Sesungguhnya bukan miskin pulau Belitong itu! Timah-timah melimpah bersembunyi di dalam tanah. Nikmat sekali orang PN Timah mengeruk harta pulau itu. Mereka yang bekerja untuk PN Timah pun turut hidup bahagia sejahtera di dalam gedong-gedong perumahan.

Tapi kekayaan Belitong tak menjadi nikmat bagi kebannyakan penduduk melayu yang tinggal disana. Mereka tetap hidup miskin dan serba berkekurangan. Bahkan kebanyakan anak disana tidak bisa bersekolah karena harus ikut banting tulang mencari makan.

Salah satu highlight di novel ini adalah Pak Harfan dan Bu Muslimah. Meskipun mereka tak lepas dari kemiskinan, mereka tetap dengan tulus hati mendidik para Laskar Pelangi di sekolah Muhammadiyah itu dengan gaji seadanya. Bahkan karena gajinya tak cukup, mereka terpaksa mencari cara lain untuk menyambung hidup. Bu Mus misalnya, terpaksa part-time menjadi tukang jahit untuk menambah pemasukan. Tapi walau kehidupan mereka begitu berat, Pak Harfan dan Bu Muslimah berhasil menanamkan pentingnya nilai pendidikan bagi siswa mereka. Guru-guru hebat ini berhasil mengajarkan muridnya untuk berani bermimpi.

Novel ini banyak bercerita tentang bagaimana kemiskinan tidak menyurutkan semangat anak-anak melayu kampung di pelosok belitong itu. Lintang misalnya - yang menjadi banyak sorotan - harus menempuh jarak 80 kilometer pulang pergi jika ingin bersekolah. Tidak hanya sampai disitu, dia juga harus bertaruh nyawa karena di tengah jalan dia masih perlu berhadapan dengan buaya!

Berbicara tentang Lintang, jangan sampai salah! Justru Lintang-lah yang kemudian menjadi murid paling cemerlang di sekoalah itu. Bahkan kecerdasanya melampai anak-anak SD PN Timah, sekolah elit dengan fasilitas serba ada. Hal ini terbukti karena Lintang, Ikal, dan Sahara menang beradu cemerlang dengan anak-anak SD PN Timah di lomba cerdas cermat. Apik, bukan?

Namun duka menimpa, meskipun cerdas, keadaan membuat Lintang terpaksa berhenti bersekolah. Ayahnya yang seorang nelayan hilang ketika melaut, tak pernah kembali lagi. Terpaksa Lintang menggatikan ayahnya untuk mencari nafkah dan membesarkan adiknya. Kalau dilihat, tak banyak sesungguhnya yang bisa dicita-citakan anak-anak miskin didikan Bu Mus itu, tapi cita-citanya yang tak seberapa itupun harus ditepis lagi karena nasib memang sedang tak enak badan.

Novel Laskar Pelangi adalah cerita tentang bagiamana kesepuluh anak-anak miskin melayu ini menjalani hidup di tengah segala keterbatasan, namun tetap berani bermimpi. Kisah mereka dipenuhi dengan suka, duka, nestapa, dan tentu saja jenaka. Kisah ini menceritakan bagaimana ketulusan hati dan integritas seorang Pak Harfan dan Bu Mus berbuah manis, hingga anak-anak didik mereka menjadi orang-orang hebat.

Kelebihan Novel Laskar Pelangi

Novel ini disajikan dengan cara jenaka yang penuh dengan canda. Pembaca tak akan bosan membalik halaman demi halaman novel ini. Cara penyajian Andrea Hirata memang bisa dikatakan berbeda dengan penulis-penulis lain. Andrea sendiri mengakui bahwa caranya menulis cerita di novel ini terinspirasi dari bagaimana cara orang-orang melayu bercerita. 

Kisah yang diangkat juga sangat menarik. Tentang kemudian bagaimana keterbatasan tak menjadi penghalang untuk mengejar mimpi benar-benar mampu menyihir pembaca dan membuat kita semua takjub. Pembaca pun lantas jadi percaya dan terinspirasi melihat bagaimana anak melayu kampung yang miskin kemudian berhasil menembus sesuatu yang kelihatannya mustahil dan menggulat nasib sehingga keadaan mereka berubah menjadi lebih baik. Ingat! Novel ini diangkat dari kisah nyata, diangkat dari kisah Ikal (Andrea Hirata) dan teman-temannya.

Kelebihan lain novel ini juga mengangkat isu ekonomi dan isu sosial yang sebenarya masih sangat relevan dengan kehidupuan kita saat ini. Tentang kemiskinan, tentang pendidikan, tentang kesenjangan sosial, semuanya masih sangat relevan bahkan hingga beberapa dekade mendatang. Isu ini bahkan relevan tidak hanya di Indonesia, bahkan di banyak negara lainnya. Tidak heran kalau kemudan novel ini menjadi begitu terkenal karena banyak orang yang tergerak untuk memperhatikan pendidikan anak-anak berasal dari keluarga miskin.

Novel ini juga diangkat menjadi film layar lebar dengan judul yang sama - Laskar Pelangi. Film-nya pun bisa dibilang sukses besar dan menambah popularitas novel ini. 

Kelemahan/Kekurangan Novel Laskar Pelangi

Tak pantas rasanya menyebutkan kekurangan dari sesuatu yang sudah terbukti sukses besar. Tentu di dunia ini tak ada yang sempurna - termasuk novel Laskar Pelangi ini. Adapun saya sendiri sudah menjadi penggemar berat Andrea Hirata sehingga saya tak mampu menemukan kekurangan novel ini. Jika kamu benar-benar ingin tahu kekurangan novel ini, anda bisa cari di sumber lain. 

Update:
Berdasarkan riset yang saya lakukan, banyak pembaca mengeluh karena novel ini banyak menggunakan istilah-istilah yang jarang digunakan sehingga pembaca merasa kesulitan memahami apa yang hendak disampaikan penulis. Adapun glosarium berisi pengertian dari kata-kata sulit yang digunakan, tetapi glosarium diletakkan di bagian belakang novel sehingga pengalaman membaca novel dianggap tidak praktis. 
Previous
Next Post »

4 komentar

Write komentar