Resensi Novel Hujan Tere Liye

Tere Liye adalah salah seorang penulis yang sedang naik daun di dunia literasi Indonesia. Banyak karya-karyanya yang terkenal dan masuk ke top list di toko buku ternama.  Ketika saya memutuskan untuk membeli novel ini misalnya, novel Hujan ini masuk kategori Top 10 Book of the Month di salah satu toko buku Gramedia di kota saya.

Novel ini cukup istimewa karena mengambil latar waktu berupa masa depan yang sudah super canggih. Itulah, bagi penikmat karya Tere Liye, novel satu ini pasti dianggap tidak biasa. Berbeda bukan berarti tak bagus, maka buku ini sebenarnya masuk jadi rekomendasi karya Tere Liye yang wajib dibaca,

Baca Juga Resensi Lainnya :
Resensi Novel Laskar Pelangi - Andrea Hirata
Resensi dan Sinopsis Novel 5 cm - Donny Dhirgantoro


Hujan - Tere Liye


Novel Hujan karya Tere Liye


Judul Hujan
Penulis Tere Liye
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit Januari 2016
ISBN 9786020324784
Jumlah Halaman 320 Halaman
Berat Buku 500 gr
Jenis Sampul Soft Cover
Genre/Kategori Roman, Drama, Sci-Fi,

Cerita bermula ketika seorang gadis bernama Lail melakukan terapi untuk menghilangkan ingatan miliknya. Elijah, sang terapis bertanya pada Lail tentang ingatan apa yang ingin dia hapus. Lail menjawab bahwa ia ingin melupakan Hujan -  karena hujanlah yang akan memulai kisah panjang tentang Lail, apa yang dialaminya dan apa yang ingin dilupakannya.

21 Mei 2042 bayi ke 10 miliar lahir ke dunia dan membawa sebuah pertanda kurang baik: jumlah manusia sudah terlalu banyak dan pertambahan penduduk tidak bisa dibendung. Krisis air memperparah keadaan. Para peneliti sedang susah payah mengatasi dan mencari solusi untuk masalah ledakan jumblah penduduk yang bisa berujung pada peradaaban yang tidak stabil.

Tak di sangka, alam punya caranya sendiri untuk mengatasi masalah ini. Kalau kita mengingat tentang letusan gunung purba Toba, yang nyaris saja menghilangkan nyawa seluruh umat manusia di bumi, maka di tahun 2042 itu pula terjadi letusan yang sama dahsyatnya. Umat manusia hampir punah seluruhnya hanya dalam hitungan menit.

Lail yang masih sangat belia harus kehilangan ibunya di depan matanya sendiri. Ayahnya? Jauh lebih menyedihkan karena ayahnya bekerja di dekat pusat letusan sehingga bisa dipastikan bahwa Lail tidak akan bertemu lagi dengan ayahnya. Letusan itu telah merenggut nyawa kedua orang tuanya. Setelah kejadian itu, hujan pertama pun turun di novel ini. Hujan yang membawa Lail pada kesedihan.

Setelah kejadian gunung meletus, Lail pun bertemu dengan orang-orang baru. Ia bertemu dengan Esok, yang ketika itu berusia 15 tahun. Lail sendiri berusia 13 tahun.

Esok sendiri nasibnya tak jauh beda dengan lail. Bencana alam itu menyebabkan ibunya mengalami luka yang cukup parah, sehingga kakinya harus di amputasi. Ayah Esok sendiri memang sudah tiada sejak lama, tapi yang menyedihkan adalah Esok harus kehilangan ke-4 kakaknya.

Esok berteman baik dengan Lail. Esok pun kemudian menjadi sosok yang sangat berharga untuk Lail. Mereka berteman dan menjadi sangat dekat hingga ternyata -- Lail punya perasaan.

Datanglah sebuah kabar yang akirnya memisahkan Esok dan Lail. Esok akan diadopsi oleh orang kaya sementara Lail akan masuk ke panti sosial. Nasib memisahkan mereka berdua. Walaupun demikian, merekah masih  tetap saling menghubungi, masih tetap saling bertukar kabar.

Di panti sosial, Lail menemukan sahabat baru bernama Maryam, seorang anak yang memiliki selera humor, berjiwa sosial, dan memiliki cita-cita yang kuat. Di panti sosial mereka diasuh oleh seorang ibu yang tegas dan ketus. Di panti sosial inilah Lail dan Maryam tumbuh dewasa dan mengejar angan mereka yang sempat mereka tepis jauh karena bencana dahsyat itu. Maryam pun menjadi tempat baru bagi Lail untuk berbagi harinya, untuk berbagi kisah hidupnya.

Singkat cerita, Maryam tahu bahwa Lail punya perasaan untuk Esok. Maryam sering menggoda Lail tentang kedekatannya bersama Esok. Belakangan, Lail juga terlihat cemburu ketika Maryam menyebut-nyebut nama Claudia - adik angkat Esok.

Semakin hari, Esok semakin sulit dihubungi karena kesibukannya berkuliah dan mempersiapkan kelulusan.

Suatu hari Esok memberitahu Lail bahwa dia sedang dalam proyek pembuatan kapal yang bertujuan untuk membawa manusia keluar dari bumi karena semenjak letusan gunung supervolcano itu, keadaan bumi semakin parah dan tidak layak lagi menjadi tempat hidup untuk manusia.

Esok juga membocorkan rahasia bahwa tidak semua orang boleh naik ke kapal itu. Esok memberitahu Lail bahwa dirinya hanya punya satu tiket karena Esok sendiri adalah teknisi yang punya peranan penting dalam pembuatan kapal itu. Sisa tiketnya dipilih secara acak oleh mesin. Hanya mereka yang punya gen terbaik yang boleh ikut. Selebihnya mau tak mau harus tetap tinggal di bumi.

Suatu ketika, Lail bertemu dengan walikota. Walikota meminta Lail untuk memberikan tiket miliknya kepada Claudia - adik angkat Esok. Mengapa walikota meminta demikian padahal Lail tidak punya tiket apa-apa? Ternyata, walikota tahu bahwa Esok ternyata punya dua tiket. Tambah lagi, Walikota juga sudah tahu bahwa Esok akan memberikan satu tiket kepada orang yang dia cintai - Lail. Itulah mengapa walikota meminta Lail untuk mengorbankan tiket  miliknya.

Lail tidak menjawab apa-apa karena dia tidak tahu-menahu tentang dua tiket milik Esok. Hanya Esok yang tahu tentang hal itu. Lagipula, sejauh ini belum ada kabar apa-apa dari Esok karena dia tidak bisa dihubungi.

Sehari sebelum kapal berangkat walikota menemui Lail kembali untuk mengucapkan terima kasih kepada Lail. Esok akhirnya mau memberikan tiketnya untuk Claudia. Padahal Lail pernah membahas masalah tiket dengan Esok. Lail sendiri juga masih belum ada menerima kabar dari Esok,. Apakah Esok memang lebih memilih Claudia?

Akhirnya Lail mengambil kesimpulannya sendiri bahwa sesungguhnya Esok memang lebih mencintai Claudia daripada dirinya. Benar apa kata Maryam. Lail pun patah hati.

Inilah yang membuat Lail pergi untuk terapi. Ia ingin menghilangkan ingatannya tentang hujan - tentang Esok.

Ternyata dugaan mereka salah! Esok tidak bisa dihubungi karena dia sedang sibuk membuat kloning otaknya. Memang satu tiket itu diberikan untuk Claudia, karena Esok tidak ikut naik ke kapal itu. Ia memilih untuk tinggal bersama Lail, orang yang dia cintai. Begitu mendengar kabar tentang Lail ingin terapi menghilangkan ingatan, Esok langsung pergi mengejarnya ke tempat terapi.

Akan tetapi terapi dan operasi menghilangkan memori sudah terlanjur dijalankan dan sudah selesai. Apakah yang teradi beerikutnya? Apakah Lail telah melupakan Esok?

Kelebihan Novel Hujan Karya Tere Liye

Novel ini sangat menarik dengan plot-twist yang di luar dugaan! Oleh karena itu, saya sangat menyukai novel ini. Saya sudah menebak-nebak apa yang akan terjadi dan beberapa tebakan saya ternyata salah total sehingga pengalaman membaca novel ini menjadi sangat menyenangkan.

Saya merekomendasikan novel ini  untuk dibaca.

Kekurangannya

Beberapa bagian terkesan seperti 'dipaksakan'. Misalnya, setelah bencana yang demikian besar, ternyata masih ada fasilitas yang tidak rusak. Menurut saya itu kurang pas dan tidak masuk akal. Bila memang bencananya sedemikian besar hinga memusnahkan banyak manusia, seharusnya bumi memang harus hancur total dan seluruh umat manusia harus memulai lagi dari nol. Tapi faktanya ada beberapa fasilitas yang berfungsi. Aneh, bukan?
Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
Unknown
AUTHOR
September 8, 2021 at 1:06 PM delete

Siapa Penyunting,pewajah isi,serta cetakan novel hujan?

Reply
avatar