Resensi Buku : Ayahku (Bukan) Pembohong - Tere-Liye

Dam (tokoh utama dalam buku ini) adalah seorang arsitek yang cukup mumpuni. Dibesarkan oleh ayahnya dengan dongeng dongeng kaya makna dan penuh kesederhanaan hidup. Dongeng-dongeng ayahnya membuatnya tumbuh menjadi orang yang baik, saleh, suka menolong, dan disukai banyak orang.

Akan tetapi, Dam tidak pernah lagi menyukai cerita ayahnya, karena ayahnya membesarkannya dengan kebohongan. Semua dongeng ayahnya menceritakan tentang pengalaman-pengalaman ayahnya yang luar biasa dan sangat menarik. Akan tetapi, kini Dam tersadar bahwa itu semua adalah kebohongan belaka, meskipun tidak pernah ayahnay mengakui bahwa ia telah berbohong.
Zas dan Qon (anak Dam) juga sangat tertarik dengan dongeng-dongeng Kakeknya. Mereka sampai bolos dari sekolah supaya bisa pergi ke perpustakaan kota untuk mencari tahu kebenaran cerita kakeknya.

Sampul buku novel Ayahku (Bukan) Pembohong
Ayahku (Bukan) Pembohong

Dam sangat tidak suka kalau ayahnya menceritakan dongeng kepada Zas dan Qon. Dam merasa, cerita-cerita ayahnya bisa merusak, karena itu semua adalah kebohongan belaka. Lagipula, hubungan Dam dan Ayahnya sudah retak, semenjak Dam menyadari bahwa semua cerita ayahnya adalah kebohongan. BAHKAN KETIKA IBUNYA MENINGGAL, ayahnya Dam tetap membualinya dengan cerita dan dongeng. Padahal, tidak sekalipun ayahnya pernah membuktikan bahwa satu saja dari ceritanya benar-benar terjadi.

Alur buku ini sangat menarik, alur maju mundur yang membawa kita hanyut dalam masa kecil Dam dan pengaruhnya terhadap kehidupan Dam. Tidak penting apakah cerita dan dongeng itu bohong belaka, yang terpenting adalah Dam tumbuh menjadi manusia yang bijaksana serta baik.
Oh ya, menurut saya yang terpenting dari buku ini bukan saja konflik antara ayah dan anak, akan tetapi juga kebijaksanaan yang bisa kita ambil dari dongeng-dongeng ayahnya Dam. Inilah salah satu yang paling dalam maknanya.


***

Ayah Dam pergi mengahdap seorang Sufi untuk mencari tahu makna kebahagiaan yang sejati. Sang Sufi menjawab bahwa ia tidak bisa menjelaskan makna kebahagiaan yang sejati lewat kata kata. Oleh karena itu, sang Sufi memberikan waktu 2 tahun kepada ayah Dam, agar ia menggali lubang dan membuat danau di suatu tempat. Danau itu harus bersih dan jernih, airnya harus sebening kristal dan sejernih air mata.

Dua tahun dilalui ayah Dam untuk menggali dan menggali, hingga akhirnya danau sebening kristal itu pun jadi. Sang Sufi memenuhi janjinya untuk mengajarkan makna kebahagiaan yang sejati. Akan tetapi, sehari sebelum sang Sufi datang, turun hujan yang sangat lebat. Hujan itu membawa lumpur masuk ke danau, hingga danaunya tidak sebening kristal lagi, yang ada justru danaunya menjadi keruh dan berlumpur. Ayah Dam sangat kecewa, karena ketika sang Sufi datang, danaunya keruh dan kotor. Sufi yang bijaksana pun memberikannya waktu dua tahun lagi.

Ayah Dam lalu membenahi danaunya. Ia membangun parit di sekililing danau, lalu memberikan batas tembok di sekeliling danau, jadi ketika hujan datang membawa lumpur, air danaunya akan tetap sebening kristal dan sejernih air mata.

Sufi kembali untuk mengunjungi Ayah Dam. Meskipun kemarin hujan lebat, air dananya tetap bening seperti air mata. Tapi lihatlah! Sang sufi mengambil galah lalu mengobok-obok dasar danau itu. Lumpur di dasar danau pun naik, sehingga danau menjadi keruh dan tidak sebening air mata lagi.

Ayah Dam sangat kecewa, dan ia meminta Sufi untuk memberikannya waktu dua tahun lagi. Ayah Dam lantas terus menggali dasar danau itu hingga lumpurnya habis, hingga mata cangkulnya menghatam batu. Jadi, siapapun yang mengobok-obok danau itu, airnya akan tetap sebening air mata.

Dua tahun kemudian sang Sufi datang dan melihat air danau itu sebening air mata. Lalu ia mengambil galah dan mengobok-obok air danau itu. Karena tidak ada lagi lumpur di dasar danau, melainkan batu, air danau itu tetap sejernih kristal dan sebening air mata.

INGAT PELAJARAN INI BAIK-BAIK! Kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang datang dari dalam hati, bukan kebahagiaan yang datang dari luar. Sama seperti danau ini, kebeningannya berasal dari dalam, jadi jika ada gangguan dari luar, danau ini tetap bening. Kebahagiaan yang berasal dari luar akan berlumpur jika hujan, dan akan keruh jika diobok-obok, akan tetapi kebahagiaan sejati yang berasal dari dalam hati, akan tetap sebening kristal dan sejernih air mata, meskipun diberi gangguan.


***

Buku ini sangat pantas untuk dibaca semua orang. Tak peduli tua atau muda, tak penting apakah ayah masih hidup atau sudah tiada. Nilai yang terkandung dalam buku ini harus disebarluaskan supaya kita sadar bahwa ayah adalah sosok selalu memberikan yang terbaik kepada kita.

Oh ya, by the way, ayah Dam memang bukan pembohong. Semua orang yang pernah diceritakannya dalam dongengnya datang di hari pemakamannya.

Peluklah ayahmu selagi bisa. Aku mencintaimu, ayah!

Previous
Next Post »